Minggu, 23 Oktober 2011

Tutur legenda dalam gerak silat di FORNAS

Silat bisa menjadi sarana bertutur tentang kesenian tradisional Indonesia, di antaranya legenda yang disampaikan dalam gerakan-gerakan dan jurus-jurus kembangan. Arena untuk menyajikan hal itu semua terdapat pada Festival Olahraga Rekreasi Nasional. (ANTARA/Desca L Natalia)
"... Saat bangsa sedang sakit seperti saat ini, menurut saya obatnya adalah seni...
Pencat silat bukan hanya olahraga tarung yang dapat memberikan kesehatan bagi senimannya, tapi juga memiliki cerita dari setiap gerakannya. Ada kandungan kisah legenda yang bisa diikuti dalam gerakan-gerakan silat.

Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) pertama pada 6-9 Oktober 2011, dengan pencak silat sebagai salah satu cabang olahraga seni dan budaya tradisional. Di forum itulah cara berkisah legenda melalui silat terdapat.

"Pencak silat itu adalah budaya masyarakat Indonesia, di dalamnya bukan hanya ada pertandingan tunggal, ganda atau beregu, tapi juga cerita yang mengangkat legenda dalam gerakan-gerakannya," kata Ketua Asosiasi Pencak Silat Budaya Indonesia (APBI), Awang Suwanda, yang juga menjadi panitia FORNAS, di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, para seniman pencak silat yang berpartisipasi dalam festival itu berasal dari berbagai perguruan silat di Banten, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Akan tetapi, mereka bukan berkumpul buat berlaga memperebutkan gelar kejuaraan.

"Karena di sini sifatnya rekreasi, maka kami hanya menyediakan tempat saja, tidak menanggung biaya akomodasi atau transportasi. Kalau mereka mau datang silakan kalau tidak datang juga tidak apa-apa. Pemenang juga hanya diberikan apresiasi, intinya semuanya untuk bersenang-senang," kata Awang.

Meski panitia tidak menyediakan akomodasi dan transportasi, seorang guru silat asal perguruan Kujang Panglipur dari Bandung, Jawa Barat, Masri Atmaja, tetap bersedia mengikuti FORMAS bersama 10 orang rombongannya yang terdiri dari anak-anak berusia enam-17 tahun.

"Pencak silat itu budaya asli Indonesia, jadi perlu didukung, apalagi FORNAS mengangkat nilai seni pencak silat. Saat bangsa sedang sakit seperti saat ini, menurut saya obatnya adalah seni," ungkap Masri.

Cerita yang diangkat perguruan Kujang Panglipur pada FORNAS mengenai satu perguruan silat yang semula berjalan baik.Namun karena sang guru meninggal maka perguruan terbelah dua, namun perguruan itu akhirnya mendapatkan solusi dan menjadi satu paham lagi. Semua dibungkus dalam gerakan silat.

Perbedaan lain antara silat rekreasi dengan silat olahraga prestasi adalah para peserta mengenakan kostum khusus yang dirancang masing-masing perguruan. Pertandingan pun diiringi alunan musik khas daerah para pesilat, misalnya musik rampak dari Sunda.

Selain olahraga seni tradisional, FORNAS yang mengangkat tema Sport for All itu juga mempertandingkan cabang olahraga modern, olahraga massal dan olahraga menantang.

Cabang lain yang dipertandingkan adalah senam jantung sehat, senam taegi quan, b-boy, basket three on three, skateboard, benjang (bela diri tradisional dari Bandung), inline skate, aerobik marathon, gebuk bantal, senam line dance serta demonstrasi bocee (lempar bola kuno), gate ball dan parkour. (SDP-03)





 Sumber  : antara news.com
Editor    : Ade Marboen

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls