Minggu, 23 Oktober 2011

Tutur legenda dalam gerak silat di FORNAS

Silat bisa menjadi sarana bertutur tentang kesenian tradisional Indonesia, di antaranya legenda yang disampaikan dalam gerakan-gerakan dan jurus-jurus kembangan. Arena untuk menyajikan hal itu semua terdapat pada Festival Olahraga Rekreasi Nasional. (ANTARA/Desca L Natalia)
"... Saat bangsa sedang sakit seperti saat ini, menurut saya obatnya adalah seni...
Pencat silat bukan hanya olahraga tarung yang dapat memberikan kesehatan bagi senimannya, tapi juga memiliki cerita dari setiap gerakannya. Ada kandungan kisah legenda yang bisa diikuti dalam gerakan-gerakan silat.

Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) pertama pada 6-9 Oktober 2011, dengan pencak silat sebagai salah satu cabang olahraga seni dan budaya tradisional. Di forum itulah cara berkisah legenda melalui silat terdapat.

"Pencak silat itu adalah budaya masyarakat Indonesia, di dalamnya bukan hanya ada pertandingan tunggal, ganda atau beregu, tapi juga cerita yang mengangkat legenda dalam gerakan-gerakannya," kata Ketua Asosiasi Pencak Silat Budaya Indonesia (APBI), Awang Suwanda, yang juga menjadi panitia FORNAS, di Jakarta, Jumat.

Ia mengatakan, para seniman pencak silat yang berpartisipasi dalam festival itu berasal dari berbagai perguruan silat di Banten, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Akan tetapi, mereka bukan berkumpul buat berlaga memperebutkan gelar kejuaraan.

"Karena di sini sifatnya rekreasi, maka kami hanya menyediakan tempat saja, tidak menanggung biaya akomodasi atau transportasi. Kalau mereka mau datang silakan kalau tidak datang juga tidak apa-apa. Pemenang juga hanya diberikan apresiasi, intinya semuanya untuk bersenang-senang," kata Awang.

Meski panitia tidak menyediakan akomodasi dan transportasi, seorang guru silat asal perguruan Kujang Panglipur dari Bandung, Jawa Barat, Masri Atmaja, tetap bersedia mengikuti FORMAS bersama 10 orang rombongannya yang terdiri dari anak-anak berusia enam-17 tahun.

"Pencak silat itu budaya asli Indonesia, jadi perlu didukung, apalagi FORNAS mengangkat nilai seni pencak silat. Saat bangsa sedang sakit seperti saat ini, menurut saya obatnya adalah seni," ungkap Masri.

Cerita yang diangkat perguruan Kujang Panglipur pada FORNAS mengenai satu perguruan silat yang semula berjalan baik.Namun karena sang guru meninggal maka perguruan terbelah dua, namun perguruan itu akhirnya mendapatkan solusi dan menjadi satu paham lagi. Semua dibungkus dalam gerakan silat.

Perbedaan lain antara silat rekreasi dengan silat olahraga prestasi adalah para peserta mengenakan kostum khusus yang dirancang masing-masing perguruan. Pertandingan pun diiringi alunan musik khas daerah para pesilat, misalnya musik rampak dari Sunda.

Selain olahraga seni tradisional, FORNAS yang mengangkat tema Sport for All itu juga mempertandingkan cabang olahraga modern, olahraga massal dan olahraga menantang.

Cabang lain yang dipertandingkan adalah senam jantung sehat, senam taegi quan, b-boy, basket three on three, skateboard, benjang (bela diri tradisional dari Bandung), inline skate, aerobik marathon, gebuk bantal, senam line dance serta demonstrasi bocee (lempar bola kuno), gate ball dan parkour. (SDP-03)





 Sumber  : antara news.com
Editor    : Ade Marboen

Jumat, 14 Oktober 2011

Pencak Silat Diharapkan Sumbang 10 Medali Emas

Jakarta (ANTARA News) -Cabang olahraga Pencak Silat diharapkan bisa menyumbang 10 medali emas dari 18 emas yang diperebutkan untuk Indonesia pada Sea Games XXVI di Palembang dan Jakarta.

"Insya Allah, dari cabang pencak silat, diharapkan bisa menyumbangkan 10 medali emas," kata Manager Tim Pencak Silat Indonesia, Edhie Prabowo.

Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra itu menambahkan, keyakinan akan 10 medali emas dari cabang olahraga tradisional Indonesia itu karena dirinya sudah memperkirakan dan memperhitungkan segala sesuatunya.

"Kita sudah punya hitung-hitungan tersendiri," katanya.

Edhie menambahkan, adapun kelas yang mampu menyumbang emas ada di beberapa kelas putra dan seni.

Ditambahkan, optimisme itu juga dikarenakan persiapan atlit pencak silat yang menimba ilmu di Cina selama tiga bulan.

"Upaya kita untuk bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa ini dilakukan dengan segala persiapan yang maksimal, baik fisik, mental dan semangat bertanding. Sekarang tinggal penyelesaian akhir saja," jelas Edhie.

Adapun pesilat-pesilat seperti dari Vietnam, Malaysia dan Thailand akan menjadi perhatian dari pesilat Indonesia.
 
Sumber : antaranews.com

Melalui Tayangan Iklanya Sidomuncul Lestarikan Pencak Silat

Guna melestarikan olahraga tradisional pencak silat, PT Sidomuncul mengangkat pencak silat untuk produk iklan terbarunya. Usai peluncuran Jumat malam (19/8/2011) Dirut PT Sidomuncul Irwan Hidayat tampak berbincang dengan Presiden Persilat Edhi Nalapraya bersama Ketua PB IPSI Muchdi PR>

Kurang dikenalnya olahraga bela diri pencak silat di kalangan generasi muda , serta untuk melestarikan warisan olahraga bela diri pencak silat di Indonesia, produsen jamu PT sidomuncul mengangkat citra pencak silat melalui iklan produk terbarunya untuk produk Kuku Bima Energi (KBE) versi pencak silat.
Diakui Direktur Utama PT Sidomuncul , Irwan Hidayat disela-sela peluncuran iklan versi “Pencak Silat” , Jumat malam (19/8/2011) selain untuk mempromosikan pariwisata, kesehatan maupun pencak silat Langkah ini sekaligus merupakan langkah strategis untuk mendongrak penjualan produk Kuku Bima.
Bahkan menurut Produk Manager Kuku Bima Energi , Linawati Suteja, dari awal tahun 2011 hingga Agustus penjualan Kuku Bima Energi telah berhasil mencapai angka penjualan hingga 1, 8 miliar saset, atau bisa dikatakan ada peningkatan hingga 5 persen bila dibandingkan tahun lalu.
“ Tidak menutup kemungkinan hingga akhir tahun penjualan produk minuman energi ini angka mampu menembus angka penjualan di atas 2,5 miliar saset, meningkat tajam dibandingkan dari target semula yang diprediksi hanya mencapai angka 2 miliar.” Ujar Lina
Bukan hanya minuman energi saja yang bakal diproduksi oleh divisi minuman energi KBE, namun menurut Linawati jelang lebaran tahun inii jenis minuman untuk panas dalam Aalang Sari bakal diluncurkan, bersamaan dengan kegiatan mudik bareng pedagang jamu tahun ini .
Menurut Linawati, untuk pemunculan awal jenis minuman Aalang Sari, sidomuncul akan memproduksi sebanyak 2 juta kemasan , jika nantinya mendapat tanggapan yang baik dari pasar, tentunya kapasitas maupun penjualan produk yang satu ini akan ditingkatkan lagi.

Sumber : tribunnews.com

Selasa, 11 Oktober 2011

Biograpi S.H. Mintardja

Singgih Hadi Mintardja
(26 Januari 1933-18 Januari1999)
Semasa hidupnya, SH Mintardja lebih banyak dikenal sebagai penulis cerita bersambung cerita silat dengan setting kerajaan Mataram zaman Sultan Agung di beberapa surat kabar, seperti Harian Bernas berjudul Mendung di Atas Cakrawala dan Api Di Bukit Menoreh di Kedaulatan Rakyat.Episode terakhir yang hadir di hadapan pembaca Harian Bernas adalah episode ke 848 Mendung di Atas Cakrawala.

Setamat SMA, SH Mintardja yang lahir di Yogya 26 Januari 1933, bekerja di Bagian Kesenian Jawatan Kebudayaan (1958), terakhir bekerja di Bidang Kesenian Kanwil Depdikbud DIY (pensiun 1989). Beberapa cerita roman silat yang digali dari sejarah di kerajaan Jawa telah ditulis SH Mintardja –yang oleh kerabatnya akrab dipanggil dengan nama Pak Singgih– sejak tahun 1964.

Berbekal pengetahuan sejarah, ditambah mendalami kitab Babat Tanah Jawi yang beraksara Jawa, lahirlah cerita Nagasasra Sabuk Inten. Kisah berlatar belakang kerajaan Demak itu melahirkan tokoh Mahesa Jenar. Karena cerita Nagasasra sebanyak 28 jilid begitu meledak di pasaran dan amat digandrungi pembaca, banyak orang yang terkecoh dengan cerita roman sejarah itu. Banyak yang mengira Mahesa Jenar benar-benar ada dalam sejarah Demak. Akibatnya, tim sepakbola asal Semarang pun dinamakan Tim Mahesa Jenar. Mungkin dengan nama itu Wong Semarang berkeinginan kiprah tim sepakbola sehebat Mahesa Jenar dengan pukulan “Sasra Birawa”-nya yang menggeledek.

“Padahal saya memperoleh nama itu begitu saja. Rasanya kalau diucapkan sangat indah dan kalau didengar kok enak,” ujar Mintardja dalam pengakuannya di buku Apa dan Siapa Orang Yogyakarta, edisi 1995.

Buku Nagasasra belum surut dari pasaran, SH Mintardja membuat kisah Pelangi di Langit Singasari (dimuat di Harian Berita Nasional tahun 1970-an) kemudian dilanjutkan dengan serial Hijaunya Lembah dan Hijaunya Lereng Pegunungan.

Agaknya suami Suhartini yang tinggal di Kampung Daengan, Gedongkiwo, Yogya ini tidak pernah mengenal lelah. Pada tahun 1967 menggelindingkan Api di Bukit Menoreh mengambil kisah berdirinya kerajaan Mataram Islam. Di sana ada tokoh Agung Sedayu, Swandaru, Kyai Gringsing, Sutawijaya, dan paling terakhir adalah Glagah Putih dan Rara Wulan — saudara sepupu sekaligus murid Agung Sedayu.

Ada beberapa penggemar cerita silat SH Mintardja yang bilang, bila dijajarkan, maka cerita Api di Bukit Menoreh panjangnya melebihi jarak Anyer – Panarukan. Asal tahu saja, kisah itu memang lebih dari 300 jilid (buku) dan hingga akhir hayatnya kisah itu belum selesai. Dan masih ada puluhan serial cerita kecil lainnya yang dibuatnya.

Di sisi lain, Mintardja pun berusaha menulis kisah petualangan pendekar pembela kebenaran yang lebih pop. Kisah itu tidak terlalu keraton sentris, namun berusaha digali dari kisah kehidupan sehari-hari dengan setting masa lalu, ya apalagi kalau tidak jauh dari kerajaan-kerajaan di Tanah Jawa. Kisah seperti Bunga di Atas Batu Karang yang mengisahkan masuknya pengaruh Kumpeni Belanda ke Bumi Mataram; kemudian serial Mas Demang yang “hanya” mengisahkan anak seorang demang. Dan terakhir adalah tokoh Witaraga dalam kisah Mendung di Atas Cakrawala, mantan prajurit Jipang yang kalah perang yang berusaha menemukan jatidirinya kembali dengan mengabdi pada kebenaran dan welas asih.

Ada yang khas dari seluruh kisah yang ditampilkan SH Mintardja. Ia berusaha menyelipkan pesan-pesan moral di dalamnya. Bahkan di dalamnya juga diperkenalkan beberapa kebudayaan Jawa yang mungkin saat ini mulai punah. Sebagai contoh adalah ungkapan rasa syukur menjelang panen padi di desa-desa. Upacara “wiwit” yang berarti “mulai” (panen), berupa pesta kecil di tengah sawah, beberapa kali dengan jelas ditampilkan dalam beberapa ceritanya.

Adat kebiasaan “mitoni” atau “sepasaran” dalam menyambut kelahiran bayi di masyarakat Jawa pun dengan pas digambarkannya.

Banjir darah tidak selalu dijadikan penyelesaian akhir untuk menentukan bahwa yang benarlah yang menang. Ada penyelesaian akhir yang lebih pas. Bertobat, tanpa harus ada yang terbunuh.

Bahkan ayah 8 anak, empat putra dan empat putri serta kakek 12 cucu ini, sejalan dengan usia dan perkembangan zaman, kematangan menulisnya pun semakin tercermin di dalam kisahnya.

Jika pada kisah Nagasasara Sabuk Inten dan Pelangi di Langit Singsari masih menggunakan bahasa “tuan” untuk menyebut anda ataupun engkau, maka pada Api di Bukit Menoreh dan kisah lainnya, kata “tuan” itu sudah raib dari kamus kosa katanya.

Entah terpengaruh oleh film atau karena melihat anaknya berlatih silat, untuk menggambarkan serunya sebuah pertarungan tidak lagi digambarkan dengan angin yang menderu-deru dan desingan senjata; namun lebih masuk akal. Gambaran teknik bela diri murni digunakan di karya-karyanya yang terkhir. Bila akhir dari sebuah pertempuran memang harus dengan tenaga dalam, ya itu tadi, pembaca lagi-lagi dibawa berkhayal melihat benturan ilmu maha dahyat yang bobotnya melebihi granat. Ya, namanya saja cerita.

Ternyata, selain mengarang cerita silat atas kehendaknya sendiri, SH Mintardja juga tidak menolak cerita pesanan, misalnya, untuk pementasan ketoprak. Beberapa cerita sempalan seperti Kasaput ing Pedhut, Ampak-ampak Kaligawe, Gebranang ing Gegayuhan merupakan cerita serial ketoprak sayembara yang disiarkan TVRI Yogyakarta.

Kini SH Mintardja telah tiada. Mungkin banyak penggemar karya-karyanya yang ikut sedih dan kecewa karena kisah-kisahnya masih menggantung di tengah jalan. “Tapi semua memang kehendak Yang Maha Agung. Kita tidak dapat menolaknya,” begitu sepenggal pesan moral SH Mintardja yang sering dia tulis dalam berbagai karyanya.

SH Mintardja telah menulis cerita silat lebih dari 400 buku. Cerita berseri terpanjangnya adalah Api di Bukit Menoreh yang terdiri dari 396 buku.

Berikut ini daftar beberapa karya sang pengarang itu:

♦ Api di Bukit Menoreh (396 episode)
♦ Tanah Warisan (8 episode)
♦ Matahari Esok Pagi (15 episode)
♦ Meraba Matahari (9 episode)
♦ Suramnya Bayang-bayang (34 episode)
♦ Sayap-sayap Terkembang (67 episode)
♦ Istana yang Suram (14 episode)
♦ Nagasasra Sabukinten (16 episode)
♦ Bunga di Batu Karang (14 episode)
♦ Yang Terasing (13 episode)
♦ Mata Air di Bayangan Bukit (23 episode)
♦ Kembang Kecubung (6 episode)
♦ Jejak di Balik Bukit (40 episode)
♦ Tembang Tantangan (24 episode)

Biografi Bastian Tito



Bastian Tito
(23 Agustus 1945 – 2 Januari 2006
Bastian Tito, penulis cerita silat asal Indonesia. Nama Bastian Tito sebagai penulis menjadi lebih populer setelah cerita silat Wiro Sableng yang ditulisnya, yang dikenal dengan julukan Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212, diangkat ke layar kaca pada pertengahan dekade 1990-an.Karyanya yang paling terkenal adalah Wiro Sableng. Ia mulai tekun menulis sejak duduk di bangku SD kelas 3. Karyanya mulai diterbitkan sejak tahun 1964 dan Wiro Sableng sendiri, yang ditulisnya berdasarkan rekaan ditambah bacaan buku sejarah Tanah Jawa mulai terbit pada tahun 1967. 

Sebagai seorang penulis, Bastian Tito sungguh menunjukkan kemampuan yang andal dan cukup luar biasa. Setting cerita, alur, penokohan, dan cara penggambaran suasana dalam karya-karyanya sungguh kaya, menarik, dan khas. Pengembaraan Wiro yang membuana mulai dari seantero Pulau Jawa, Madura, Bali, Sumatera, hingga ke negeri Cina dan Jepang, menegaskan penggalian bahan referensi yang cukup mendalam dari penulisnya. Cara penggambaran Bastian saat seorang tokoh muncul dalam sebuah momen peristiwa juga cukup menarik. Tanpa perlu secara langsung menyebut nama atau identitas seorang tokoh, seperti Wiro Sableng, Pangeran Matahari, Sinto Gendeng, Si Muka Bangkai, Tua Gila, Kakek Segala Tahu, atau Dewa Tuak, Bastian justru lebih sering memunculkan seorang tokoh dengan ciri khas mereka dengan karakter yang kuat. Wiro misalnya digambarkan dengan pakaiannya yang serba putih dan agak kumal, sering garuk-garuk kepala, serta sikapnya yang konyol dan kocak.Selain Wiro Sableng, karya lainnya yang ia tulis antara lain adalah Boma si Pendekar Cilik dan fiksi bernuansa Minang berjudul Kupu-kupu Giok Ngarai Sianok. Bastian Tito meninggalkan lima orang anak, yang salah satunya adalah Vino Bastian, seorang aktor film.

Cerita silat Wiro Sableng Pendekar 212
Wiro Sableng atau Pendekar 212, adalah nama tokoh fiksi dalam seri buku yang ditulis oleh Bastian Tito. Wiro terlahir dengan nama Wira Saksana yang sejak bayi telah digembleng oleh gurunya yang tekenal di dunia persilatan dengan nama Sinto Gendeng. Wiro adalah seorang pendekar dengan senjata Kapak Maut Naga Geni 212 dan memiliki rajah "212" di dadanya. Wiro memiliki banyak kesaktian yang diperoleh selama petualangannya di dunia persilatan, dari berbagai guru.

Senjata-Senjata Sakti Wiro Sableng
  • Kapak Maut Naga Geni 212
Senjata utama Wiro Sableng. Sebuah kapak besar bermata dua, dengan gagang berupa seruling dan ujung gagang berbentuk kepala naga. Di masing-masing mata kapak terukir angka 212. Di seri pertama Wiro Sableng : "Empat Berewok dari Goa Sanggreng", dikatakan bahwa kapak ini terbuat dari logam dan gading. Mulut ukiran naga dapat menembakkan jarum-jarum beracun, dengan jalan menekan tombol rahasia pada kapak. "Seruling" di gagang kapak dapat ditiup dan mengeluarkan suara yang sangat dahsyat. Beberapa musuh Wiro Sableng yang tidak dapat dibunuh dengan kesaktiannya yang lain, dapat dikalahkan atau dibunuh dengan bunyi seruling ini, misalnya : Dewi Siluman dari Bukit Tunggul pada episode Dewi Siluman dari Bukit Tunggul, atau nenek Arashi pada episode Pendekar Gunung Fuji. Kapak ini baru dapat digunakan dengan mengerahkan tenaga dalam. Tebasannya terlihat seperti sinar putih dan mengeluarkan bunyi seperti dengungan ratusan tawon. Kapak ini juga mengandung racun mematikan. Pada episode Tiga Setan Darah dan Cambuk Api Angin, di akhir episode, pemegang Cambuk Api Angin terbunuh oleh racun ini, setelah tangannya putus ditebas Kapak Maut Naga Geni 212.
  • Batu Hitam 212
Batu hitam (batu bara?) seukuran telapak tangan orang dewasa, berukir angka 212. Jika batu hitam ini diadu dengan mata Kapak Maut Naga Geni 212, dapat memercikkan semburan api besar yang sangat panas.

  • Bintang 212
Senjata rahasia berbentuk bintang dengan ukiran angka 212, digunakan dengan cara dilemparkan, seperti senjata "shuriken" milik ninja. Bintang 212 digunakan dalam episode Keris Tumbal Wilayuda dan Rahasia Lukisan Telanjang.

Kesaktian-Kesaktian Wiro Sableng
  • Pukulan Harimau Dewa
Diwariskan oleh Datuk Rao Basaluang Ameh, mahluk setengah roh setengah manusia dari kepulauan Andalas. Di awali dengan tiupan di tangan sebelah kanan yang memunculkan gambar kepala harimau putih (Datuk Rao Bamato Hijau), pukulan ini sanggup menghancurkan apa saja tanpa perlu mengeluarkan tenaga dalam. Hanya beberapa musuh utama Wiro Sableng yang dapat mematahkan / mengimbangi pukulan Harimau Dewa ini, seperti Datuk Lembah Akhirat, yang mempunyai tenaga dalam setingkat para Dewa (yang didapat dari menghisap tenaga dalam para pendekar yang lain).

  • Pukulan Sinar Matahari
Diajarkan Sinto Gendeng alias Sinto Weni. Berupa sinar menyilaukan berwarna putih keperakan yang sangat panas. Diawali dari sinar putih keperakan memancar dari tangan, kemudian tangan digerakkan dengan gerakan memukul, dan sinar putih perak itu ditembakkan kepada lawan (energy blast/energy shot). Kekuatan pukulan ini adalah suhu yang sangat tinggi, dan dalam episode Halilintar Di Singosari, pukulan Sinar Matahari disebutkan dapat melumerkan borgol besi.

  • Pukulan Angin Es
Diajarkan Sinto Gendeng. Berupa suhu yang sangat dingin. Mampu membuat lawan tak dapat bergerak karena sangat kedinginan. Gerakannya berupa mengangkat kedua tangan lalu telapak tangan dikembangkan dan diputar perlahan-lahan, kemudian suhu udara di sekitar lokasi mulai dingin dan dapat membuat lawan yang dituju menjadi kaku seperti salju. Ilmu kesaktian ini biasa digunakan Wiro sewaktu menghadapi musuh yang mempunyai kesaktian berintikan api atau panas. Mayat Hidup dari Gunung Klabat dikalahkan Wiro dengan pukulan ini.

  • Pukulan Angin Puyuh
Diajarkan Sinto Gendeng. Berupa hempasan angin yang sangat deras.

  • Pukulan Dewa topan menggusur gunung
Diajarkan Tua Gila. Berupa hempasan angin yang sangat deras.

  • Pukulan Benteng Topan melanda samudera
Berupa hempasan angin yang sangat deras.

  • Pukulan Kunyuk melempar buah
Berupa hempasan angin yang deras dan berat, seperti sebongkah batu besar yang dilemparkan.

  • Ilmu silat Orang Gila
Diajarkan Tua Gila, paman guru (kakak seperguruan eyang sinto gendeng) Wiro di Pulau Andalas (sekarang Pulau Sumatera). Berupa gerakan-gerakan silat (martial arts) yang terlihat ngawur dan mirip gerakan orang gila, namun sangat berbahaya.

  • Pukulan Dinding Angin Berhembus Tindih-Menindih
Diajarkan Sinto Gendeng, berupa angin dahsyat yang berhembus menyebar dan menggempur susul menyusul hanya dengan sekali pukul. Keistimewaan pukulan ini adalah fungsinya yang bersifat 3 dalam 1; dapat digunakan menyerang, bertahan, sekaligus mengembalikan serangan lawan ke pemiliknya.

  • Ilmu Pedang Pendekar Pedang Akhirat
Diajarkan dedengkot rimba kangouw Tiongkok , Pendekar Pedang Akhirat (Long Sam Kun), berupa tiga jurus ilmu pedang tingkat tinggi yang masing-masing bernama Cip-hian Jay-bong (Tiba-tiba Muncul Pelangi), Lo-han Ciang-yau (Malaikat Menundukkan Siluman) dan Kui-gok Sin-ki (Iblis Meratap Malaikat Menangis).

Minggu, 09 Oktober 2011

Biograpi Kho Ping Hoo

Kho Ping Hoo (1926-1994)

Dia legenda pengarang cerita silat. Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo, lelaki peranakan Cina kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 17 Agustus 1926, yang kendati tak bisa membaca aksara Cina tapi imajinasi dan bakat menulisnya luar biasa. Selama 30 tahun lebih berkarya, dia telah menulis sekitar 400 judul serial berlatar Cina, dan 50 judul serial berlatar Jawa. Cerita silat nya asli dan khas. Dia pengarang yang memiliki ide-ide besar, yang tertuang dalam napas ceritanya yang panjang. Sepertinya dia tak pernah kehabisan bahan.
Bahkan setelah dia meninggal dunia akibat serangan jantung pada 22 Juli 1994 dan dimakamkan di Solo, namanya tetap melegenda. Karya-karyanya masih dinikmati oleh banyak kalangan penggemarnya. Bahkan tak jarang penggemarnya tak bosan membaca ulang karya-karyanya.
Beberapa karyanya dirilis ulang media massa, difilmkan, disandiwararadiokan, dan di-online-kan, serta disinetronkan. Dia meninggalkan nama yang melegenda. Legenda Kho Ping Hoo, pernah menjadi sinetron andalan SCTV. Lewat penerbit CV Gema, karya-karyanya masih terus dicetak.
Dia juga banyak mengajarkan filosofi tentang kehidupan, yang memang disisipkan dalam setiap karyanya. Salah satu tentang yang benar adalah benar, dan yang salah tetap salah, meski yang melakukannya kerabat sendiri.
Penggemar cerita silat Kho Ping Hoo sangat banyak yang setia. Mereka sudah gemar membaca karya Kho Ping Hoo sejak usia 10-an tahun hingga usia di atas 50-an tahun. Mula-mula mereka senang melihat gambar komiknya. Namun, lama-lama makin tertarik cerita tulisannya. Tak jarang penggemar mengoleksi karya-karya Kho Ping Hoo, bahkan mencarinya ke bursa buku bekas di kawasan Senen.
Kho Ping Hoo, lelaki peranakan Cina kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 17 Agustus 1926, berasal dari keluarga miskin. Dia hanya dapat menyelesaikan pendidikan kelas 1 Hollandsche Inlandsche School (HIS). Namun, ia seorang otodidak yang amat gemar membaca sebagai awal kemahirannya menulis. Ia mulai menulis tahun 1952. Tahun 1958, cerita pendeknya dimuat oleh majalah Star Weekly. Inilah karya pertamanya yang dimuat majalah terkenal ketika itu. Sejak itu, semangatnya makin membara untuk mengembangkan bakat menulisnya.
Banyaknya cerpenis yang sudah mapan, mendorongnya memilih peluang yang lebih terbuka dalam jalur cerita silat. Apalagi, silat bukanlah hal yang asing baginya. Sejak kecil, ayahnya telah mengajarkan seni beladiri itu kepadanya. Sehingga dia terbilang sangat mahir dalam gerak dan pencak, juga makna filosofi dari tiap gerakan silat itu.
Karya cerita silat pertamanya adalah Pedang Pusaka Naga Putih, dimuat secara bersambung di majalah Teratai. Majalah itu ia dirikan bersama beberapa pengarang lainnya. Saat itu, selain menulis, ia masih bekerja sebagai juru tulis dan kerja serabutan lainnya, untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Namun, setelah cerbung silatnya menjadi populer, ia pun meninggalkan pekerjaanya sebagai juru tulis dan kerja serabutan itu, dan fokus menulis. Hebatnya, ia menerbitkan sendiri cerita silatnya dalam bentuk serial buku saku, yang ternyata sangat laris. Hal itu membuat kreatifitasnya makin terpicu. Karya-karyanya pun mengalir deras. Cerita silatnya pun makin bervariasi. Tak hanya cerita berlatar Cina, tetapi juga cerita berlatar Jawa, di masa majapahit atau sesudahnya. Bahkan, selain secara gemilang memasukkan makna-makna filosofis, dia pun menanamkan ideologi nasionalisme dalam cerita silat nya.
Kepopulerannya makin memuncak manakala merilis serial silat terpanjangnya Kisah Keluarga Pulau Es, yang mencapai 17 judul cerita, dimulai dari kisah Bu Kek Siansu sampai Pusaka Pulau Es. Karya serial berlatar Jawa, yang juga terbilang melegenda antara lain : Perawan Lembah Wilis, Darah Mengalir di Borobudur, dan Badai Laut Selatan. Bahkan Darah Mengalir di Borobudur, pernah disandiwararadiokan.
Namun, pada akhirnya Kho Ping Hoo harus berhenti berkarya. Pada Jumat, 22 Juli 1994, serangan jantung telah membawanya menghadap Sang Pencipta secara tiba-tiba.

Senin, 03 Oktober 2011

Makna Lambang IPSI



Warna Dasar putih :
;. Suci dalam amal perbuatan

Warna Merah :
;. Berani dalam kebenaran

Warna Hijau :
;. Ketenangan dalam menghadapi segala sesuatu menuju ke kemantapan jiwa, karena selalu beriman dan bertauhid kepada Tuhan Yang Maha Esa secara hikmat dan syahdu

Warna Kuning :
;. Berarti bahwa IPSI mengutamakan budi pekerti dan kesejahteraan lahir dan batin dalam menuju kejayaan nusa dan bangsa

Bentuk Perisai Segi Lima :
;. berarti bahwa IPSI berasaskan landasan idiil Pancasila, serta bertujuanmembentuk manusia Pancasila sejati

Sayap Garuda berwarna Kuning berototkan merah :
;. Berarti kekuatan bangsa Indonesia yang bersendikan kemurnian, keluruhan dan dinamika, Sayap 18 lembar, bulu 5 lembar + 4 lembar + 8 lembar berarti tanggal berdirinya IPSI adalah 18 Mei 1948. Sayap 18 lembar, terdiri dari 17+1 berarti IPSI dengan semangat Proklamasi Kemerdekaan berssatu membangun negara

Untaian lima lingkaran :
;, Melambangkan bahwa IPSI melalui olahraga merupakan ikatan peri kemanusiaan antara pelbagai aliran dengan memegang teguh asas kekeluargaan, persaudaraan dan kegotong royongan

Ikatan pita berwarna merah Putih :
;, Bahwa IPSI merupakan suatu ikatan pemersatu dari pelbagai aliran Pencak Silat, yang menjadi hasil budaya yang kokoh karena dilandasi oleh rasa berbangsa, berbahasa dan bertanah air Indonesia

Gambar tangan putih di dalam Dasar hijau :
;, Menggambarkan bahwa IPSI membantu negara dalam bidang ketahanan nasional melalui pembinaan mental/fisik agar kader-kader IPSI berkepribadian nasional serta berbadan sehat, kuat dan tegap

Gambar senjata trisula :
;, Berlambang selalu siap siaga IPSI dalam partisipasi di dalam pembangunan Negara melalui tiga usaha pokok, yaitu ;
1. mengusahakan keluhuran budipekerti
2. memelihara seni budaya bangsa indonesia
3. menjalankan krida olahraga ( bela diri pencak silat )


Untuk bendera dasar hijau berbanding 2 : 3 sedangkan untuk lambang ( Badge ) berbentuk segi lima. Nama daerah ditulis di bawah lambang bewarna kuning.

Sejarah Perkembangan Pencak Silat Indonesia

Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, Pencak Silat dibentuk oleh situasi dan kondisinya.
Kini Pencak Silat kita kenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak Silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Sampai saat ini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur.
Hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok latar belakang dan sejarah pembelaan diri inti dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas. Sejarah perkembangan Pencak Silat secara selintas dapat dibagi dalam kurun waktu :
  1. Perkembangan sebelum zaman penjajahan Belanda
  2. Perkembangan pada zaman penjajahan Belanda
  3. Perkembangan pada zaman penjajahan Jepang
  4. Perkembangan pada zaman kemerdekaan

a. Perkembangan pada zaman sebelum penjajahan Belanda
Nenek moyang kita telah mempunyai peradaban yang tinggi, sehingga dapat berkembang menjadi rumpun bangsa yang maju. Daerah-daerah dan pulau-pulau yang dihuni berkembnag menjadi masyarakat dengan tata pemerintahan dan kehidupan yang teratur. Tata pembelaan diri di zaman tersebut yang terutama didasarkan kepada kemampuan pribadi yang tinggi, merupakan dasar dari sistem pembelaan diri, baik dalam menghadapi perjuangan hidup maupun dalam pembelaan berkelompok.
Para ahli pembelaan diri dan pendekar mendapat tempat yang tinggi di masyarakat. Begitu pula para empu yang membuat senjata pribadi yagn ampuh seperti keris, tombak dan senjata khusus. Pasukan yang kuat di zaman Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit serta kerajaan lainnya di masa itu terdiri dari prajurit-prajurit yang mempunyai keterampilan pembelaan diri individual yang tinggi. Pemukupan jiwa keprajuritan dan kesatriaan selalu diberikan untuk mencapai keunggulan dalam ilmu pembelaan diri. Untuk menjadi prajurit atau pendekar diperulan syarat-syarat dan latihan yang mendalam di bawah bimbingan seorang guru. Pada masa perkembangan agama Islam ilmu pembelaan diri dipupuk bersama ajaran kerohanian. Sehingga basis-basis agama Islam terkenal dengan ketinggian ilmu bela dirinya. Jelaslah, bahwa sejak zaman sebelum penjajahan Belanda kita telah mempunyai sistem pembelaan diri yang sesuai dengan sifat dan pembawaan bangsa Indonesia.

b. Perkembangan Pencak Silat pada zaman penjajahan Belanda
Suatu pemerintahan asing yang berkuasa di suatu negeri jarang sekali memberi perhatian kepada pandangan hidup bangsa yang diperintah. Pemerintah Belandan tidak memberi kesempatan perkembangan Pencak Silat atau pembelaan diri Nasional, karena dipandang berbahaya terhadap kelangsungan penjajahannya. Larangan berlatih bela diri diadakan bahkan larangan untuk berkumpul dan berkelompok. Sehingga perkembangan kehidupan Pencak Silat atau pembelaan diri bangsa Indonesia yang dulu berakar kuat menjadi kehilangan pijakan kehidupannya. Hanya dengan sembunyi-sembunyi dan oleh kelompok-kelompok kecil Pencak Silat dipertahankan. Kesempatan-kesempatan yang dijinkan hanyalah berupa pengembangan seni atau kesenian semata-mata masih digunakan di beberapa daerah, yang menjurus pada suatu pertunjukan atau upacara saja. Hakekat jiwa dan semangat pembelaan diri tidak sepenuhnya dapat berkembang. Pengaruh dari penekanan di zaman penjajahan Belanda ini banyak mewarnai perkembangan Pencak Silat untuk masa sesudahnya.

c. Perkembangan Pencak Silat pada pendudukan Jepang
Politik Jepang terhadap bangsa yang diduduki berlainan dengan politik Belanda. Terhadap Pencak Silat sebagai ilmu Nasional didorong dan dikembangkan untuk kepentingan Jepang sendiri, dengan mengobarkan semangat pertahanan menghadapi sekutu. Di mana-mana atas anjuran Shimitsu diadakan pemusatan tenaga aliran Pencak Silat. Di seluruh Jawa serentak didirkan gerakan Pencak Silat yang diatur oleh Pemerintah. Di Jakarta pada waktu itu telah diciptakan oleh para pembina Pencak Silat suatu olarhaga berdasarkan Pencak Silat, yang diusulkan untuk dipakai sebagai gerakan olahraga pada tiap-tiap pagi di sekolah-sekolah. Usul itu ditolak oleh Shimitsu karena khawatir akan mendesak Taysho, Jepang. Sekalipun Jepang memberikan kesempatan kepada kita untuk menghidupkan unsur-unsur warisan kebesaran bangsa kita, tujuannya adalah untuk mempergunakan semangat yang diduga akan berkobar lagi demi kepentingan Jepang sendiri bukan untuk kepentingan Nasional kita.
Namun kita akui, ada juga keuntungan yang kita peroleh dari zaman itu. Kita mulai insaf lagi akan keharusan mengembalikan ilmu Pencak Silat pada tempat yang semula didudukinya dalam masyarakat kita.

d. Perkembangan Pencak Silat pada Zaman Kemerdekaan
Walaupun di masa penjajahan Belanda Pencak Silat tidak diberikan tempat untuk berkembang, tetapi masih banyak para pemuda yang mempelajari dan mendalami melalui guru-guru Pencak Silat, atau secara turun-temurun di lingkungan keluarga. Jiwa dan semangat kebangkitan nasional semenjak Budi Utomo didirikan mencari unsur-unsur warisan budaya yang dapat dikembangkan sebagai identitas Nasional. Melalui Panitia Persiapan Persatuan Pencak Silat Indonesia maka pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta terbentuklah IPSI yang diketuai oleh Mr. Wongsonegoro.
Program utama disamping mempersatukan aliran-aliran dan kalangan Pencak Silat di seluruh Indonesia, IPSI mengajukan program kepada Pemerintah untuk memasukan pelajaran Pencak Silat di sekolah-sekolah.
Usaha yang telah dirintis pada periode permulaan kepengurusan di tahun lima puluhan, yang kemudian kurang mendapat perhatian, mulai dirintis dengan diadakannya suatu Seminar Pencak Silat oleh Pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam Seminar ini pulalah dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bagnsa Indonesia dengan nama “Pencak Silat” yang merupakan kata majemuk. Di masa lalu tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah Pencak Silat. Di beberapa daerah di jawa lazimnya digunakan nama Pencak sedangkan di Sumatera orang menyebut Silat. Sedang kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus begitu juga dengan kata silat.
Pencak, dapat mempunyai pengertian gerak dasar bela diri, yang terikat pada peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukan.
Silat, mempunyai pengertian gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri/ manusia dari bela diri atau bencana. Dewasa ini istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri dan kebatinan. Definisi pencak silat selengkapnya yang pernah dibuat PB. IPSI bersama BAKIN tahun 1975 adalah sebagai berikut :
“Pencak Silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya (manunggalnya) terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian
Umumnya Pencak Silat mengajarkan pengenalan diri pribadi sebagai insan atau mahluk hidup yang pecaya adanya kekuasaan yang lebih tinggi yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, Pencak Silat sebagai ajaran kerohanian/kebatinan diberikan kepada siswa yang telah lanjut dalam menuntut ilmu Pencak Silatnya. Sasarannya adalah untuk meningkatkan budi pekerti atau keluhuran budi siswa. Sehingga pada akhirnya Pencak Silat mempunyai tujuan untuk mewujudkan keselarasan/ keseimbangan/keserasian/alam sekitar untuk meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, guna mengisi Pembangunan Nasional Indonesia dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang Pancasilais.

Pencak Silat sebagai seni
Ciri khusus pada Pencak Silat adalah bagian kesenian yang di daerah-daerah tertentu terdapat tabuh iringan musik yang khas. Pada jalur kesenian ini terdapat kaidah-kaidah gerak dan irama yang merupakan suatu pendalaman khusus (skill). Pencak Silat sebagai seni harus menuruti ketentuan-ketentuan, keselarasan, keseimbangan, keserasian antara wirama, wirasa dan wiraga.
Di beberapa daerah di Indonesia Pencak Silat ditampilkan hampir semata-mata sebagai seni tari, yang sama sekali tidak mirip sebagai olahraga maupun bela diri. Misalnya tari serampang dua belas di Sumatera Utara, tari randai di Sumatera Barat dan tari Ketuk Tilu di Jawa Barat. Para penari tersebut dapat memperagakan tari itu sebagai gerak bela diri yang efektif dan efisien untuk menjamin keamanan pribadi.

Pencak Silat sebagai olahraga umum
Walaupun unsur-unsur serta aspek-aspeknya yang terdapat dalam Pencak Silat tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi pembinaan pada jalur-jalur masing-masing dapat dilakukan. Di tinjau dari segi olahraga kiranya Pencak Silat mempunyai unsur yang dalam batasan tertentu sesuai dengan tujuan gerak dan usaha dapat memenuhi fungsi jasmani dan rohani. Gerakan Pencak Silat dapat dilakukan oleh laki-laki atau wanita, anak-anak maupun orang tua/dewasa, secara perorangan/kelompok.

Usaha-usaha untuk mengembangkan unsur-unsur olahraga yang terdapat pada Pencak Silat sebagai olahraga umum dibagi dalam intensitasnya menjadi :
  1. Olahraga rekreasi
  2. Olahraga prestasi
  3. Olahraga massal

Pada seminar Pencak Silat di Tugu, Bogor tahun 1973, Pemerintah bersama para pembina olahraga dan Pencak Silat telah membahas dan menyimpulkan makalah-makalah :
  1. Penetapan istilah yang dipergunakan untuk Pencak Silat
  2. Pemasukan Pencak Silat sebagai kurikulum pada lembaga-lembaga pendidikan
  3. Metode mengajar Pencak Silat di sekolah
  4. Pengadaan tenaga pembina/guru Pencak Silat untuk sekolah-sekolah
  5. Pembinaan organisasi guru-guru Pencak Silat dan kegiatan Pencak Silat di lingkungan sekolah
  6. Menanamkan dan menggalang kegemaran serta memassalkan Pencak Silat di kalangan pelajar/mahasiswa.
Sebagai tindak lanjut dari pemikiran-pemikiran tersebut dan atas anjuran Presiden Soeharto, program olahraga massal yang bersifat penyegaran jasmani digarap terlebih dahulu, yang telah menghasilkan program Senam Pagi Indonesia (SPI).

Pencak Silat sebagai olahraga prestasi (olahraga pertandingan)
Pengembangan Pencak Silat sebagai olahraga & pertandingan (Championships) telah dirintis sejak tahun 1969, dengan melalui percobaan-percobaan pertandingan di daerah-daerah dan di tingkat pusat. Pada PON VIII tahun 1973 di Jakarta telah dipertandingkan untuk pertama kalinya yang sekaligus merupakan Kejuaraan tingkat Nasional yang pertama pula. Masalah yang harus dihadapi adalah banyaknya aliran serta adanya unsur-unsur yang bukan olahraga yang sudah begitu meresapnya di kalangan Pencak Silat. Dengan kesadaran para pendekar dan pembina Pencak Silat serta usaha yang terus menerus maka sekarang ini program pertandingan olahraga merupakan bagian yang penting dalam pembinaan Pencak Silat pada umumnya. Sementara ini Pencak Silat telah disebarluaskan di negara-negara Belanda, Belgia, Luxemburg, Perancis, Inggris, Denmark, Jerman Barat, Suriname, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru.

Program pembinaan Pencak Silat
Pencak Silat sebagai budaya Nasional bangsa Indonesia mempunyai banyak ragam khas maisng-masing daerah, jumlah perguruan/aliran di segenap penjuru tanah air ini diperkirakan sebanyak 820 perguruan/aliran.
Oleh karena itu dirasakan perlu adanya pembinaan yang sistimatis untuk melestarikan warisan nenek moyang kita. Terlebih-lebih setelah Kungfu masuk IPSI, atas anjuran Pemerintah berdasarkan pertimbangan lebih baik Kungfu berada di dalam IPSI sehingga lebih mudah dalam mengadakan pengawasan dan pengendalian terhadapnya, sekaligus menasionalisasikan.
Standarisasi yang telah dirintis pembuatannya, hanyalah untuk jurus dasar bagi keperluan khusus olahraga dan bela diri. Sedangkan pengembangannya telah diserahkan kepad setiap perguruan yang ada. Sistem pembinaan yang dipakai oleh IPSI ialah setiap aspek yang ada dijadikan jalur pembinaan, sehingga jalur pembinaan Pencak Silat meliputi :
  1. Jalur Pembinaan Seni
  2. Jalur Pembinaan Olahraga
  3. Jalur Pembinaan Bela Diri
  4. Jalur Pembinaan Kebatinan
Keempat jalur ini diolah, dengan saringan dan mesin sosial budaya, yaitu Pancasila.


Sumber :
  • Wikipedia
  • http://pencaksilat.wordpress.com

Sabtu, 01 Oktober 2011

SEJARAH PERGURUAN PENCAK SILAT GARUDA SAKTI

PERGURUAN Pencak Silat Garuda Sakti didirikan pada tanggal 17 Agustus 1983 didesa Petumbukan kecamatan Galang Sumatera Utara.
Pencak Silat Garuda Sakti atau yang bernama PS. Garuda Sakti atau disingkat PS. GUSTi yang langsung dibawah naungan IPSI Ikatan Pencak Silat Indonesia, didirikan oleh Almarhum Pendekar Ganda Asmara sekaligus selaku guru utama.

PS. Garuda Sakti sendiri adalah ilmu bela diri pencak silat yang notabene adalah kebudayaan asli Indonesia, yang beraliran LINTAU tepatnya LINTAU Enambelas. LINTAU Enambelas sendiri diwariskan oleh ayah guru utama pendiri PS. GARUDA SAKTI yang bernama Pendekar WIRA SACA yang dikenal semasa kesultanan serdang dengan gelar raja Bandung. Dari ayah inilah guru utama menuntut ilmu/belajar ilmu persilatan Lintau Enambelas dan dari kesultanan serdang.Ketika itu perguruan bernama PUSPA kemudian berganti menjadi HARIMAU LINTAU, selanjutnya berganti menjadi PD. LINDO, PD. LINDO sendiri kemudian pecah menjadi PD. Lindo dan PS. GARUDA SAKTI. PD. LINDO saat itu dipegang oleh abang kandung dari pendekar ganda asmara, sedangkan Pendekar ganda asmara mendirikan perguruan silat sendiri yang diberi nama PS. GARUDA SAKTI.

Saat ini PS. Garuda Sakti berpusat di Kecamatan Tanjung Morawa, dan memiliki banyak gelanggang latihan yang hampir tersebar diseluruh daerah Sumatera Utara, bahkan dengan loyalitas sesepuh perguruan,pelatih dan ratusan murid muridnya yang tersebar dan setia untuk terus berlatih, PS. Garuda Sakti terus berkembang dan menorehkan prestasi prestasi membanggakan baik untuk perguruan maupun pribadi murid murid Pencak Silat Garuda Sakti.

Sumber : 
  1. Anggaran dasar dan rumah tangga perguruan pencak silat garuda sakti
  2. Sesepuh perguruan PS. GUSTI Pendekar Samsul beserta keluarga

posting ini dapat juga dilihat di :

Info Kegiatan

video Silat

Gelanggang Gusti

PENCAK SILAT GARUDA SAKTI
Sekretariat : Jln.PerintisKemerdekaan Tanjung Morawa Deli Serdang SUMUT 20362
Gelanggang Pusat : kantor lurah tanjung Morawa A Jln.PerintisKemerdekaan Tanjung Morawa 

Gelanggang cabang :
1. Pelataran masjid nurul iman desa limau manis Tanjung Morawa
2. Gg.perjuangan desa limau manis
3. SD Negeri Dolok raga desa limau manis
4. Madrasah Tsanawiyah negeri pasar 15 desa medan sinembah
5. SD Negeri desa bandar labuhan
6. SD Negeri Desa dalu x
7. Desa bangun sari tanjung morawa
8. Patumbak

Dewan pelatih :''Coach SURESH"
NB : Informasi mengenai gelanggang dan yang lainnya mengenai Pencak Silat Garuda Sakti sementara ini belum valid masih dalam proses entry data, mohon dimaklumi

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls